It was November when The Struggle is Real.
On fire, berdarah-darah rasanya sangat tepat untuk mendeskripsikan bagaimana Novemberku berlalu. Saat itu, aku sedang dalam bus di perjalanan pulang ketika Vero mengirimkan pesan padaku,
“Alaya ! Naskah kita diterima Penerbit !!!!”
Aku hanya bisa mematung, memalingkan kepalaku ke arah kaca bus, melihat pemandangan di sisi bus dengan rasa gembira yang meluap-luap.
“Editornya suka banget sama ide project kita. Kita dikasih deadline akhir November, targetnya 150 halaman.”
Setelah itu topik bahasan tiap kali bersapa dengan Vero tidak jauh-jauh dari masalah project, dan kesepakatan-kesepakatan seperti membuat aku membuat 10 gambar dan Vero membuat 10 tulisan setiap harinya.
Tapi, ternyata target 10 gambar dan 10 tulisan tiap harinya tidak semudah yang direncanakan, jadwal kuliah yang tetap, tugas-tugas yang selalu ada tiap harinya, presentasi, hingga final project tugas ujian akhir.
Jujur saja, menyelesaikan project ini terasa seperti berdarah-darah. Membuat 150 halaman dalam waktu 25 hari. Yang artinya harus membuat banyak gambar, men-scan nya, mengedit gambar, memberikan warna pada halaman, menggabungkan gambar dengan tulisan, memilih font, bahkan memilih warna, dan memadukan halamannya.
Tahap 1. Membuat sketsa atau gambaran kasarnya |
Tahap 2. Memberi warna secara manual (pensil warna/spidol/cat air) |
Tahap 3. Memilih warna background yang sesuai dengan gambar |
Tahap 4. Menggabungkan gambar dengan tulisan, memilih bentuk font, warna font yang cocok dengan background, dan mengatur letak tulisan agar enak dilihat. |
Mengerjakannya serasa hampir gila, lelahnya bukan main. Dibandingkan membuat 10 gambar tiap hari, lebih tepat jika dikatakan membuat entah marathon berapa gambar saat weekend, membawa kertas kosong ke kampus, memanfaatkan jam pergantian kelas dengan menggambar di ruang baca, menghabiskan weekday dengan mengerjakan tugas kuliah.
Lebih susahnya lagi, aku tidak bisa asal menggambar. Aku hanya bisa menggambar jika aku mendapat mood yang sesuai, kalau dipaksakan yang ada justru malah failed. Dan nggak gampang untuk membangun mood disaat capek.
Ini contoh gambar yang fail. Niat hati bikin cewek tapi entah kenapa yang tercipta malah tampang cowok yang ambigu. |
Bahkan pernah, saat menjelang deadline, aku bisa menggila, lembur, tidak tidur seharian, lanjut kuliah, menggambar, kuliah lagi, dan hal itu terjadi beberapa kali menjelang deadline. Sampai pernah juga aku membolos kuliah. 24 jam serasa tidak cukup, hari-hari terasa sangat cepat berjalan, dan aku sering mengeluh pada Vero, “kenapa sih November harus berakhir di tanggal 30, bukan 31?”
Jadi aku sangat berharap, kalian yang membaca buku Bicara Cinta dapat merasa terhibur dengan warna dan ilustrasi yang ada dalam buku, dan jangan sungkan-sungkan untuk menyampaikan kritik dan saran kalian. Kalian dapat menyampaikan kritik, saran, maupun pertanyaan di ask.fm aku. Aku sangat menghargai apresiasi kalian ♥
0 comments:
Post a Comment